Sabtu, 30 Juni 2012

Dialog Konseling Individu

















Luki                 : (Mengetuk pintu). ”Assalamu’alaikum”.
Praktikan         :”Wa’alaikum salam warahmatullahi wa Barokatuh”. Mari silakan masuk.
                        (Menghampiri klien, menjabat tangan klien dan membawanya memasuki ruangan). Silahkan duduk… Senang sekali hari ini bisa bertemu dengan kamu. Bagaimana kabarnya? (Attending, refleksi perasaan)
Luki                 : ”Ya, Bu....”. Saya baik-baik saja. Ada apa bu saya dipanggil ke sini?
Konselor          : “Ada sesuatu yang ingin ibu bicarakan dengan kamu, ibu memperoleh    informasi dari guru BK kalau kamu mempunyai masalah dengan absensi,  kalau boleh ibu tahu apa yang menyebabkan kamu tidak masuk sekolah maukah kamu menceritakannya pada Ibu?”
                        (Refleksi Perasaan)
Luki                 : “Baik bu”.
Konselor          : “Ibu senang kalau kamu mau menceritakannya pada ibu, terimakasih kalau kamu bersedia bercerita kepada ibu.”
Luki                 : “Begini bu, saya merasa saya mengalami kebosanan berada di sekolah ini dan saya merasa belum menemukan teman yang benar-benar cocok dengan saya di sekolah ini”.(Personalizing)
Konselor          : “Lalu” (Pertanyaan terbuka)
Luki                 : “Selain itu saya juga memiliki masalah dengan guru IPA saya Bu, saya merasa kesal dengan guru IPA tersebut yang bernama Bu Lorita saya merasa diperlakukan dengan tidak baik dia sering menghina saya dan selalu membawa-bawa nama orang tua saya jika menghina, jika dikelas bu lorita selalu bilang pada anak-anak kalau saya anak yang tidak baik, suka membuat onar, dan bodoh”.
Konselor          : “Ooh”. (Respon minimal)
Luki                 : “Ya selain menghina saya dengan omongan yang membuat saya tidak nyaman Bu Lorita juga sering mengatakan kalau anak nakal itu  bagaimana orang tuanya kalau orang tuanya benar anaknya juga tidak akan nakal. Saya tidak suka kalau Bu Lorita membawa-bawa nama orang tua saya apalagi di depan kelas pada saat belajar. Makanya saya sering tidak masuk pada saat mata pelajarannya Bu Lorita karena saya kesal sering dihina-hina sama dia”.
Konselor          : “Memangnya kenapa Luki merasa bosan  dan tidak nyaman berada di sekolah?” (Pertanyaan Terbuka)
Luki                 : ”Saya merasa bosan dan tidak nyaman di sekolah selain karena saya kesal dengan Bu Lorita, saya juga merasa tidak mempunyai kecocokan dengan teman-teman yang ada di sekolah, saya merasa lebih cocok dengan teman-teman lama saya sewaktu di SD”.
Konselor          : ”Apakah teman –teman yang sering membolos bersama Luki berbeda sekolah?” (Pertanyaan terbuka)
Luki                 : ”Iya bu teman-teman saya yang lain berbeda SMP dengan saya, kami biasanya membolos dan nongkrong di Dipatiukur, kami berkumpul di Tugu Monumen dan menghabiskan waktu sekolah disana”.
Konselor          : ”Mengapa Luki tidak merasa memiliki kecocokan dengan teman-teman di sekolah, memangnya Luki tidak memiliki teman dekat di sekolah?” (Eksplorasi)
Luki                 : ”Saya merasa tidak nyaman saja bu,  ada bu saya memiliki teman dekat namanya Rudi Salam saya juga kalau bolos bareng dengan dia”.
Konselor          : ”Lalu apa saja yang kamu lakukan jika membolos dengan teman-teman kamu?”
Luki                 : ”Saya dan teman-teman hanya mengobrol dan bercanda-canda saja”.
Konselor          : ”Oh...ya, tentang Bu Lorita apakah Luki tau mengapa Bu Lorita sering berkata sepert itu sama Luki, apa yang menyebabkan Bu Lorita bersikap seperti itu?” (Eksplorasi)
Luki                 : ”Mungkin karena saya di kelas suka membuat onar dan bodoh, Bu Lorita itu hanya memperhatikan anak-anak yang pintar saja bu di kelas. Padahal saya sudah berusaha untuk meminta maaf pada Bu Lorita kalau saya memiliki kesalahan tapi Bu Lorita malah mencuekan saya dan tidak menghiraukan maaf saya, itu membuat saya menjadi tambah kesal sama Bu Lorita, mungkin memang Bu Lorita tidak menyukai saya bu”.
Konselor          : ”Ya mungkin saja Bu Lorita bersikap seperti terhadap Luki karena
                        sikap Luki yang membuat bu Lorita jengkel. Ibu mengerti perasaan Luki” (Respon perasaan)
Luki                 : ”Iya bu.... tapi kan saya sudah berusaha untuk meminta maaf pada Bu Lorita dan sudah merubah sikap saya pada saat mata pelajaran dia tapi tetap saja Bu Lorita masih suka menghina saya. Setiap orang juga kan bisa berubah sepertinya Bu Lorita tidak percaya kalau saya ingin berubah”.
Konselor          : Apakah ada hal lain yang membuat Bu Lorita seperti itu dan hal lain yang membuat kamu tidak betah di sekolah? (Eksplorasi pengalaman)
Luki                 : ”Saya rasa tidak ada Bu, Ya Bu... saya merasa teman-teman yang lain  pada takut sama saya dan tidak ada yang berani keapad saya”.
Konselor          : ”Apakah dengan tidak masuk pelajaran Bu Lorita itu tidak merugikan kamu dan tidak membuat kamu tertinggal pelajaran?
Luki                 : ”Iya Bu ”itu sangat merugikan bagi saya”.
Konselor          : ”Mengapa mereka takut pada Luki?”
Luki                 : ”Mungkin karena luki pernah menonjok teman sekelas Luki karena kesal”.
Konselor          : ”Mengapa Luki seperti itu?”
Luki                 : ”Karena luki kesal.”
Konselor          : ”Sekarang menurut Luki apakah semua perbuatan luki itu benar?”
Luki                 : ”Tidak Bu”
Konselor          : ”Apakah dengan membolos dapat menguntungkan Luki dan membuat  menjadi lebih baik.” (Konfrontasi)
Luki                 : ”Tidak Bu”
Konselor          : ”Ibu ingin Luki menjadi lebih baik dan dapat merubah semua sikap Luki, jika luki bersikap baik maka pandangan teman-teman dan bu Lorita akan baik juga sama Luki. Luki mau kan berubah sikap luki, ini semua buat luki kalau luki melakukan hal-hal yang merugikan dampaknya juga kan tidak baik buat diri Luki sendiri. Ibu senang jika orang-orang berpandangan positif tentang Luki, Luki pasti senang kan jika Luki dianngap anak yang baik oleh teman-teman dan bu lorita. Dan apakah Luki juga tidak mau menjadi contoh bagi teman-teman Luki yang lainnya dan membawanya untuk berubah” 
Luki                 : ”Luki mengerti bu, dan luki juga ingin berubah?” (Initiating)
Konselor          : ”Bagus sekali jika luki ingin berubah, Ibu ingin melihat Luki menjadi anak yang berhasil dan dapat dibanggakan oleh orang tua Luki. Bagaimana dengan Bu Lorita, apakah Luki akan terus seperti itu?”
Luki                 : ”Kalau Bu Lorita Luki juga tidak tahu harus bagaimana?”
Konselor          : ”Ya memang ya Luki setiap orang itu mempunyai karakteristiknya masing-masing, nah...Luki kan sudah meminta maaf sama Bu Lorita Ibu ingin Luki memahami kalau Bu Lorita dengan karakteristiknya yang seperti itu dan memahami sikap Bu Lorita, Ibu tidak mau kalau Luki tertinggal mata pelajaran IPA hanya karena Lorita, sekarang Luki mencoba membuktikan pada Bu Lorita kalau Luki juga bisa menjadi lebih baik. Bagaimana? Nah... sekarang apa yang ingin luki lakukan?” (Initiating)
Luki                 : ”Ya Luki ingin mencoba untuk berubah, tapi bu Luki bingung jika ada teman Luki yang mengajak Luki membolos lagi?”
Konselor          : ”Luki harus mmepunyai sikap yang asertif, Luki harus bisa berkata tidak jika Luki ingin berubah Luki harus memiliki komitmen yang kuat untuk berubah, semua tergantung pada diri Luki sendiri jika Luki mempunyai keinginan yang besar untuk berubah ibu yakin pasti Luki bisa untuk berubah”.
Luki                 : ”Baik bu, kalau begitu Luki akan mencoba untuk dapat berubah dan berusaha untuk menjadi lebih baik. Luki juga ingin menjadi orang yang bisa dibanggakan orang tua dan diapndang baik oleh orang-orang”.
Konselor          : ”Ya bagus Luki ibu senang sekali mendengarnya jika Lu ki mau berusaha untuk berubah. Apakah ada yang ingin Luki bicarakan lagi?
Luki                 : Luki kira bu, seperti sudah cukup”.
Konselor          : ”Baiklah jika tidak ada yang ingin di bicarakan lagi, cukup diskusi kita hari. Terimakasih Luki sudah percaya pada Ibu untuk menceritakan masalah Luki”. (Closing)
Luki                 : ”Sama-sama bu”